Sama seperti kebanyakan manusia normal saya pun mengalami child amnesia/infantile amnesia. Ini adalah fenomena misterius hilangnya ingatan kita saat masih bayi bahkan balita. Empat hingga tiga tahun jika ingin lebih spesifik, inilah jarak terjauh kita dapat menelusuri ingatan masa kecil. Itu pun sedikit.
Saya bisa memanggil ingatan bahwa dulu saya punya teman lebih tua saat kecil sebelum saya masuk sekolah, saya berusia 5,5
tahun saat masuk SD jadi sekitar 21-22
tahun lalu. Jangan harap nama atau raut wajah. Memasak beton. Udah cuma itu yang saya ingat. Dan banyak memori samar lain mentok sampai saya berumur lebih dari 4 tahun.
Walau terlupakan, ingatan saat usia emas ini memiliki andil cukup besar membentuk karakter kita nantinya.
...
Dari cerita orang tua saya ternyata ingatan saya saat berusia 0-4
tahun ini berisi kehidupan sehari-hari beternak
dan bertani.
Ayah saya mantan petani.
Dulu saya cuek saja setiap ayah bercerita bagaimana senangnya saya mengambil telor bebek di kandang di bawah rumah di tengah persawahan.
Tapi sekarang saya bersyukur, ternyata lebih dari seperempat abad
silam orang tua saya sudah memberikan kurikulum yang lengkap pada saya. Di mana anak tidak cuma diajari makan. Tapi juga diajari bahwa makanan enggak turun langsung dari langit. Ada proses panjang di baliknya. Ada kerja keras di dalamnya. Ada daur kehidupan di selubungnya. Berharga dan wajib dihargai.
Hal inilah yang ingin saya replikasi. Hal ini pula satu alasan saya membuat @halamanbelakang .
Itu baru nunduk nak, ada yg sampai jungkir balik buat nyari sesuap nasi.
😔
Inilah hidup, tujuan dan impian selalu lebih tinggi dari diri, setelah tercapai, rasanya asam.
😵
Ayam bukan sekedar makanan, tapi tidak lain tidak bukan adalah juga makhluk hidup yang butuh makan. Daur nyawa.
...
Buat kamu yang berhabitat
di kota mungkin menemui kesulitan dalam mengamalkan beberapa kegiatan di atas. Beruntung mulai tinggi kesadaran akan banyaknya manfaat mengenalkan peternakan dan perkebunan pada anak berdampak pada bermunculan tempat wisata dengan tema kedua hal tersebut.
Kemarin HilMa berkesempatan berkunjung ke salah satunya yaitu Perkebunan Kuntum di Ciawi, Bogor.
Berikut adalah sedikit ulasan dari pengalaman kunjungan saya dan keluarga.
Baru di pintu masuk, belum bayar tiket, anak-anak sudah riang gembira, mungkin kunjungan kedua kita sampai sini saja.
😝
Setelah melewati gerbang pemeriksaan tiket, “wahana” pertama adalah kolam ikan sesuai spesiesnya seperti : ikan Lele berukuran WOW, Lele terbesar yang pernah saya lihat, ikan Mas, Patin, dll bahkan ada ikan Aligator yaitu ikan bermulut Buaya (seperti kamu 😝) yang setahu saya bukan hewan ternak. Buat kamu yang memelihara ikan buas ini dan tiba-tiba bosan jangan dilepas ke alam liar yang bukan habitat aslinya karena dapat merusak ekosistem. Lepas di kuali saja lebih baik.
Zona berikutnya yaitu lapangan rumput tempat kelinci bermain. Kita lewati saja, karena ada zona berisi Kelinci lain yang lebih seru karena kita boleh masuk dan membuat sedikit stres mengajak bermain hewan bertelinga panjang ini. Tapi sebelum itu kita beli makanan dulu di warung yang menjual berbagai macam makanan dan minuman buat para hewan.
Setelah membeli 1 boko
berisi rerumputan dan wortel dan 1 botol susu seharga masing-masing Rp 5.000 kami ke area anak kambing.
Setelah susu habis dan suasana berangsur terlalu ramai karena ada kunjungan rombongan Taman Kanak-kanak, kami beranjak ke zona Kelinci yang tadi saya sebut, HilMa sangat antusias di sini, setelah masuk mereka berlari buat menangkap (padahal jinak) dan memberi makan para Kelinci.
Wortel pun habis, tersisa rumput, selanjutnya ke kandang Sapi. Sapinya luar biasa besar. Bukan cuma HilMa yang terpukau, saya dan istri tercinta juga terpana. Baru kali ini lihat sapi sebesar itu. Dan ternyata kami salah beli rumput. Rumput yang saya beli cuma sanggup melawan anak Kambing, sedangkan rumput panjang untuk menghadapi Sapi raksasa ini dijual terpisah.
Dan banyak tempat menarik lain seperti kolam untuk menangkap ikan yang harus sewa 1 kolam sendiri, gak bisa nebeng. Pun area lokasi hewan lain seperti beberapa jenis Bebek, Burung, dan Ayam.
Sayangnya kami enggak sempat ke bagian Perkebunan
karena kehabisan energi dan matahari mulai melotot. Disarankan buat berkelana sedari pagi.
Secara keseluruhan empat
jempol buat Kuntum. Sarprasnya juga mantap. Tempat cuci tangan banyak. Saung lesehan banyak. Ada pohon di kamar mandi 😀. Luar biasa. Mushola walau bukan tempat terindah, tapi terpisah sehingga bisa dimanfaatkan buat ibu yang membawa adik bayi.
Terimakasih karena udah bikin tempat wisata bermanfaat. Tambah terus koleksinya terutama koleksi hewan asli Indonesia.
...
Yang saya heran kok yang datang mayoritas TK Islam atau TK etnis tertentu (enggak sebut merk
khawatir rasis.)
Yang lain ke mana?
Berkunjung sekali aja sok bikin survey.
😒
Referensi :