Review Xiaomi Plant Monitor

2018.02.05 00:00

Blog

Sesuai janji saya sebelumnya kali ini saya akan coba mengulas perangkat berkebun pintar buatan Xiaomi. Yaitu Xiaomi Plant Monitor.

Kalau kamu cari di mesin pencari atau malah langsung ke YouTube sebenernya buanyak yang udah me-review perangkat ini. Tapi tulisan ini saya usahakan ada sedikit info tambahan. Karena kayaknya belum ada ulasan yang dilakukan oleh seorang gardener sekaligus chemist sekaligus computer geek.

๐Ÿ˜Ž

Wah parah! Sombong!

๐Ÿ˜ก

...

Unboxing

Amat sangat disayangkan saya enggak bisa unboxing. Karena emang gak ada box-nya.

๐Ÿ™„

Seperti biasa demi memangkas ongkos produksi yang ujung-ujungnya merampingkan harga. Xiaomi Plant Monitor hadir dengan bungkus plastik ala kadarnya. Plus secarik manual yang enggak bisa dibaca karena ukuran huruf yang terlalu kecil. Dan berbahasa Cina.

Menghubungkan Perangkat

Xiaomi Plant Monitor mengirimkan data lewat Bluetooth Low Energy 4.1. Data ini dapat dibaca menggunakan aplikasi Android Flower Care.

Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya. Saya mendapatkan perangkat yang ternyata khusus regional Cina. Jadi saya enggak bisa langsung menghubungkan perangkat begitu saja.

Saya terpaksa teleport dahulu ke Cina menggunakan fakegps.

๐Ÿ™„

Gilanya lagi. Tadinya saya kira cukup dengan memalsukan lokasi maka aplikasi sudah dapat digunakan. Ternyata alamat IP juga mesti regional Cina Daratan.

๐Ÿ˜ฉ

Sengaja saya cetak tebal kata daratan karena sebelumnya saya lalai dengan kalimat “China Mainland” dan langsung pakai VPN Hong-Kong, yang lebih mudah diperoleh layanan gratisnya. Yang ternyata masih belum dapat restu aplikasi.

Singkat cerita setelah susah payah (mungkin karena kebijakan pemerintah setempat, VPN Cina langka gilak) berkelana mencari VPN Cina Daratan ketemu ovpnspider.

Lokasi sudah, alamat IP juga. Sekarang kita dapat menggunakan aplikasi Flower Care!

Setelah perangkat berhasil dipasangkan saya mendapat notifikasi untuk melakukan pembaruan firmware. Ada gosip tidak sedap soal ini. Ada yang bilang perangkat jadi tidak bisa dihubungkan menggunakan openHAB. Rencananya saya mau pantau kondisi tanaman lewat Raspi. Kekhawatiran saya bertambah karena saya menggunakan versi Cina bukan versi internasional. Yang punya gosip tersendiri lagi yaitu konon perangkat akan di-brick oleh Xiaomi kalau kedapatan digunakan di luar Cina.

๐Ÿ˜ฐ

Akurasi Pengukuran

Kenyang dengan kabar buruk sekarang kita omongin kabar baik yuk!

Di sini saya menguji keakuratan pengukuran Xiaomi Plant Monitor. Walaupun cuma pada parameter kesuburan yang agak intensif.

Kesuburan/Konduktivitas

Seperti bahasan kita dulu soal cek kesuburan tanah, Xiaomi Plant Monitor juga memanfaatkan pengukuran konduktivitas (ยตS/cm) buat menentukan tingkat kesuburan tanah. Yang ternyata lumayan akurat. Berikut adalah hasil uji perbandingan dengan Konduktometer yang telah distandarisasi oleh badan standardisasi ternama.

๐Ÿ™ˆ

Itu pada larutan dengan konduktivitas tinggi. Selanjutnya saya coba menggunakan Air demineralisasi. Yang konduktivitasnya sangat rendah. Yang seharusnya menggunakan probe tertutup.

Lumayan yah? Mengingat rentang tanah dikatakan subur lumayan lebar yaitu 500-3000 ยตS/cm. Dan sebagai catatan tambahan saya menggunakan 2 konduktometer yaitu masing-masing dengan probe khusus sesuai tinggi/rendahnya konduktivitas.

Suhu

Buat pengukuran suhu, saya coba mengukur suhu ruangan.

Ntapz!

Sayangnya saya bingung buat mengukur intensitas cahaya dan moisture.

๐Ÿ˜ณ

Tapi berikut adalah pembacaan moisture ketika kering dan terbenam di dalam air.

Kabar baik kedua yaitu ternyata kita hanya perlu menggunakan fakegps dan vpn saat pertama menghubungkan perangkat. Selanjutnya kita enggak harus memalsukan lokasi dan alamat IP ketika menggunakan aplikasi Flower Care.

Okeh. Itu aja. Semoga bermanfaat. Teliti sebelum membeli. Hindari seller oon. Dan jangan lupa gabung @halamanbelakang.

Assalamualaikum!

๐Ÿ˜˜

Referensi

https://t.me/halamanbelakang/